JOMBANG | SPJNEWS.ID – Pemerintah Desa Ngudirejo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, terus menjaga tradisi spiritual dan budaya lokal melalui kegiatan rutinan kirim doa untuk para leluhur, yang digelar setiap Jumat Legi di pendopo balai desa. Agenda ini kembali dilaksanakan pada Jumat Legi (31/10/2025) mulai pukul 11.00 WIB hingga selesai.
Kegiatan ini bertujuan untuk mendoakan arwah para leluhur atau babat alas, agar Allah SWT mengampuni dosa-dosa mereka, menerima amal ibadahnya, serta menempatkan mereka di sisi-Nya dengan penuh rahmat. Selain itu, doa juga dipanjatkan bagi para sesepuh dan pini sepuh yang telah berjasa membangun dan memajukan Desa Ngudirejo hingga menjadi seperti saat ini.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Sekcam Diwek beserta jajaran Muspika, Babinsa, Bhabinkamtibmas, Kepala Desa Ngudirejo H. Lantarno, S.Sos, bersama seluruh perangkat desa, tokoh agama, tokoh masyarakat, serta warga sekitar.
Dalam sambutannya, H. Lantarno, S.Sos menyampaikan rasa syukur yang mendalam atas limpahan nikmat dan karunia dari Allah SWT.
“Kami mengucapkan puji syukur alhamdulillah atas rahmat dan nikmat Allah SWT berupa kesehatan, kekuatan, rezeki yang berkah, dan kemudahan dalam segala urusan,” ujarnya.
Ia juga menegaskan pentingnya menjaga nilai-nilai spiritual dan menghargai jasa para pendahulu yang telah membuka dan membangun Desa Ngudirejo.
“Atas nama Pemerintah Desa Ngudirejo, kami bersama perangkat dan masyarakat setiap Jumat Legi mengadakan kirim doa untuk para leluhur, sesepuh, dan danyang desa atas segala jerih payah mereka. Tanpa jasa mereka, mustahil terwujud Desa Ngudirejo yang kita cintai ini. Semoga arwah mereka diterima dan mendapat tempat terbaik di surga Allah SWT,” tambahnya.
Pantauan Radarposnusantara.id di lokasi menunjukkan suasana khidmat dan penuh kebersamaan. Usai doa bersama, kegiatan dilanjutkan dengan makan tumpeng bersama sebagai simbol rasa syukur dan kebersamaan antarwarga.
Rangkaian acara berlangsung dengan tertib, aman, dan damai, mencerminkan harapan besar masyarakat agar Desa Ngudirejo terus menjadi desa yang mandiri, berkembang, dan senantiasa diberkahi — desa yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, gemah ripah loh jinawi, serta terhindar dari segala wabah dan bencana. (Ratno)








