KH Muhammad Lamro Asy’ari: Sang Pejuang Dakwah Lewat Pencak Silat dari Tebuireng

- Wartawan

Rabu, 30 Juli 2025 - 00:37

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

JOMBANG | SPJNEWS.ID – Tidak banyak yang mengetahui bahwa di balik lahirnya wadah resmi pencak silat Nahdlatul Ulama (NU) yang kini dikenal sebagai Pagar Nusa, terdapat sosok visioner yang membidani kelahirannya: KH Muhammad Lamro Asy’ari. Putra asli Ponorogo ini tak hanya dikenal sebagai santri teladan di Tebuireng era 1980-an, tetapi juga sebagai penggerak utama lahirnya Perguruan Nurul Huda Perkasa (NH Perkasa), yang menjadi cikal bakal gerakan pencak silat santri di pesantren.

Dari Kekacauan Latihan Silat ke Sebuah Gagasan Besar

Segalanya bermula dari keresahan. Kala itu, para santri dari berbagai daerah seperti Jakarta, Madura, dan Ponorogo membawa serta tradisi silatnya masing-masing. Mereka berlatih secara terpisah, tanpa koordinasi, dan sering kali menimbulkan ketegangan antar kelompok—bahkan mengganggu ketertiban pondok.

“Banyak yang latihan malam hari, di saat seharusnya mereka mengaji. Bahkan kadang terjadi gesekan antarsantri,” kenang KH Lamro.

Berangkat dari keprihatinan itulah, KH Lamro dan beberapa senior lainnya menghadap KH Yusus Hasyim—pengasuh Tebuireng kala itu—memohon agar kegiatan pencak silat bisa dikoordinir secara resmi oleh pesantren. KH Yusuf merestui. Maka lahirlah inisiatif membentuk sebuah perguruan resmi.

Nama “NH Perkasya” dari Mimpi dan Doa Para Kiai

Nama Nurul Huda ternyata bukan hasil rapat biasa. KH Lamro dan para perintis sowan ke KH Syamsuri Zen—ulama karismatik santri dekat KH Kholiq Hasyim. Setelah melalui istikharah selama sepekan, KH Syamsuri Zen menyampaikan bahwa dalam mimpinya, ia menerima petunjuk nama “Nurul Huda”. Nama itu diyakini akan menjadi mercusuar pencak silat santri di kemudian hari.

Sementara itu, nama “Perkasya” berasal dari pengalaman pribadi KH Lamro yang pernah mengikuti perguruan silat Batara Perkasa di Ponorogo. Kata “Perkasya” kemudian dimaknai ulang sebagai akronim: “Pertahanan Kalimat Syahadat”.

NH Perkasya pun resmi berdiri pada 2 November 1982, dan menjadi pelopor silat santri yang tertib, terorganisir, dan mengakar pada nilai-nilai pesantren.

Cikal Bakal Pagar Nusa: Rapat di Tebuireng, Diputuskan di Lirboyo

Namun perjuangan KH Lamro tak berhenti di situ. Ia menyadari perlunya wadah yang lebih luas untuk mengintegrasikan berbagai perguruan silat di lingkungan Nahdlatul Ulama. Maka digagaslah pertemuan besar pendekar NU se-Jawa Timur yang dilangsungkan di Tebuireng pada 27 September 1985.

Pertemuan itu dihadiri oleh para tokoh besar, termasuk:

KH Yusuf Hasyim (Tebuireng),
KH Syamsuri Badawi,
KH Abdurrahman Usman,
KH Atho’illah Iskandar (IPSI),
dan tentu saja, KH Maksum Jauhari dari Lirboyo.
Dan tokoh atau pendekar dari pelbagai pondok pesantren di Jawa timur.

Dalam rapat itulah disepakati dibentuknya wadah resmi pencak silat NU yang kemudian diberi nama Pagar Nusa (Pagarnya Nahdlatul Ulama dan Bangsa). Gus Maksum ditetapkan sebagai Ketua Umum, dan KH Lamro Asy’ari dipercaya sebagai Sekretaris I.

Rapat lanjutan dilaksanakan di Pondok Pesantren Lirboyo untuk menyusun struktur organisasi secara lengkap dan final.

Warisan untuk Umat dan Santri

Kini, Pagar Nusa telah menjelma menjadi organisasi pencak silat terbesar di kalangan pesantren dan menjadi bagian penting dari badan otonom NU. Namun tidak banyak yang tahu, bahwa ide besar itu muncul dari ruang kecil di Tebuireng—dari keresahan seorang santri muda bernama Muhammad Lamro Asy’ari.

Ia bukan sekadar pendiri, tapi pejuang dakwah sejati—yang menyalurkan nilai-nilai Islam melalui jalan silat, disiplin, dan ukhuwah.

“Nurul Huda itu cahaya petunjuk. Dan silat itu wasilah untuk memperkuat keimanan dan mempertahankan marwah santri,” pungkasnya dalam sebuah pertemuan penuh kehangatan. (Ratno)

Berita Terkait

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Kembali Berjalan di Jombang, 953 Porsi Kembali Jalan.
Pejabat Daerah Rela Basah Kuyup, Semangati Peserta JOMBANG CULTURE MARCHING COMPETITION 2025
Kepala SPPG Kepatihan “Tertangkap Basah” Bersembunyi dan Kabur — Program MBG Nasional di Jombang Terancam Gagal
Lita Machfud Arifin, bersama jajaran pengurus DPW, melakukan kunjungan ke Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai NasDem Kabupaten Tulungagung
Maxim Luncurkan Layanan “Express” untuk Masyarakat yang Membutuhkan Perjalanan Lebih Cepat dan Praktis
Kodim 0814 Jombang Kawal Program Strategis Nasional Presiden Prabowo: Fokus Ketahanan Pangan & Pemberantasan Korupsi
Peduli Korban Kecelakaan, YPSSI dan Maxim Salurkan Santunan Senilai Rp. 90 Juta di Bandung
Dr. Solikhin Rusli Desak Polisi Tuntaskan Kasus Korupsi NM yang Mandek 10 Tahun: “Jangan Gantung Nasib Orang!”

Berita Terkait

Senin, 27 Oktober 2025 - 11:29

Kolaborasi Pemerintah Lokal: Camat Pattallassang dan Lurah Bahu Membahu Tingkatkan Layanan Masyarakat

Minggu, 26 Oktober 2025 - 03:01

Pemkab Takalar Apresiasi Dukungan Komdigi RI, Dorong Takalar Jadi Daerah Prioritas Digitalisasi Nasional

Sabtu, 25 Oktober 2025 - 10:29

Sekdis DLHP Tak kenal Hari Libur, Tingkatkan Kualitas Lingkungan perkotaan Melalui Kerja keras di akhir pekan

Jumat, 24 Oktober 2025 - 05:14

Bupati Takalar Diskusi dengan Wamendes RI untuk Pembangunan Desa 3T

Kamis, 23 Oktober 2025 - 13:50

Bupati Takalar Apresiasi Siswa-Siswi SMAN 13 dan SMAN 4 Takalar Berprestasi Dalam Kegiatan Demo Day (GELAR KARYA) Generasi Terampil Sulawesi Selatan Tahun 2025

Kamis, 23 Oktober 2025 - 09:35

Wujud Nyata Kepedulian Bupati Mohammad Firdaus Daeng Manye Wujudkan Takalar Sehat dan Sejahtera Bagi Warganya yang Kurang Mampu

Rabu, 22 Oktober 2025 - 09:12

Rapat koordinasi Dan Penyambutan Camat Baru kecamatan Pattallassang

Selasa, 21 Oktober 2025 - 00:11

Bupati Takalar Lantik Pejabat Eselon ll,lll,lV Sebanyak 311, Usai Dilantik Langsung Tancap Gas

Berita Terbaru