spjnews.id | Tulungagung — Di tengah riuh kehidupan yang kerap membuat kita asing terhadap sesama, Car Free Day (CFD) di Kampung Krajan, Desa Ngunut, menyuguhkan potret kebersamaan yang menggugah. Bukan sekadar olahraga pagi atau ajang bazar, namun sebuah ruang sosial di mana denyut ekonomi rakyat kecil bersenyawa dengan semangat gotong royong.
Wakil Bupati Tulungagung, Ahmad Baharudin, hadir menyapa warga, menyusuri lapak-lapak UMKM yang bersahaja namun penuh harap. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa CFD bukan hanya agenda rekreatif, melainkan bagian dari strategi kultural untuk memulihkan ekonomi warga dari bawah.
“Kami ingin menjadikan ruang-ruang publik seperti ini sebagai titian kebangkitan ekonomi. Bukan hanya formalitas, tapi juga keadilan praksis,” ucapnya sembari meninjau lomba mewarnai untuk anak-anak TK—sebuah isyarat bahwa regenerasi nilai dimulai dari ruang yang gembira dan sehat.
Apa yang tampak sepele—jualan kopi, jajanan tradisional, hingga kerajinan tangan—sejatinya menyimpan nilai yang lebih besar: kedaulatan ekonomi rakyat. Di tangan pelaku UMKM, tulang punggung bangsa, inisiatif ini menjelma menjadi gerakan kecil yang menyapa keadilan sosial secara konkret.
Lebih dari itu, semangat CFD Ngunut adalah cerminan dari visi kepemimpinan “GaBah” (Gatut Sunu – Baharudin) yang tak semata membangun dari atas, tetapi menumbuhkan dari akar. Visi ekonomi yang manusiawi, bukan sekadar pertumbuhan, tapi juga keberdayaan.
Camat Ngunut, Sutrisno, tak lupa menegaskan bahwa pihak kecamatan siap mendukung keberlanjutan kegiatan ini melalui kolaborasi lintas sektor—kesehatan gratis, bazar sembako murah, hingga perluasan akses bagi pelaku usaha lokal.
Sementara itu, Joko Ibrahim dari Yayasan Rajawali Unggul Berdaya menandaskan pentingnya keberlanjutan. “Kami ingin CFD menjadi habitus baru—bukan seremoni sesaat, tetapi ekosistem yang menumbuhkan harapan,” ujarnya dengan mata penuh percaya.
Dari Ngunut kita belajar: ruang publik bukan sekadar tempat berkumpul, tapi panggung etis di mana negara hadir melalui wajah paling ramahnya—warga yang berdikari.
( Mualimin/ SPJ News.id )









