Jombang Banyak Macannya, Tapi Hutannya Terbakar

- Wartawan

Senin, 16 Juni 2025 - 11:06

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar hanyalah ilustrasi

Oleh: Agus Pamuji
______________
Journalism

JOMBANG | SPJNEWS.ID – Di tengah geliat kehidupan masyarakat Kabupaten Jombang, Jatim, yang dikenal sebagai kota santri, sebuah anekdot tajam namun jenaka kerap terdengar di ruang-ruang diskusi informal, yakni “Jombang akeh macane, ning alase kobong.”
(Jombang banyak macannya, tapi hutannya terbakar.).

Ucapan ini bukan sekadar guyonan warung kopi. Ia menyimpan kritik sosial yang dalam, yang dilontarkan tak hanya oleh rakyat biasa, tapi juga oleh para tokoh agama, politisi, akademisi, pengusaha, hingga birokrat. Mereka menyebut “macan” sebagai simbol orang-orang hebat—figur berpengaruh yang berasal dari Jombang. Tapi ironi muncul saat mereka menyadari bahwa “alas”—yang dalam konteks ini berarti lingkungan, sistem atau wadah—justru rusak, terbakar atau bahkan hilang arah.

Agus Pamuji mantan wartawan Balikpapan pos.

Jombang memang dikenal melahirkan banyak tokoh nasional, dari ulama kharismatik, pemimpin ormas keagamaan besar, menteri hingga pemikir strategis. Namun di sisi lain, masyarakat kerap merasakan bahwa sistem di dalam daerah ini belum sepenuhnya mampu menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya potensi secara adil dan merata. Sebut saja, ketimpangan ekonomi, sosial, terhambatnya birokasi layanan administrasi publik, pengangguran, kemiskinan, pungli, kriminalitas, korupsi, layanan kesehatan, pendidikan dan seterusnya. Maka, anekdot hutan yang terbakar adalah metafora dari kondisi sosial-politik dan birokrasi yang dinilai tidak mampu mengayomi, bahkan cenderung mengabaikan yang lemah atau pinjam bahasa agama : Orang-orang yang lemah terzholimi, karena banyaknya “macan” yang berkelompok, sehingga sedikit saja meletup di akar rumput efeknya mencuat sampai tingkat nasional, karena kita tahu Jombang merupakan kiblat peradaban Islam Nusantara yang sejauh ini menjadi referensi penting masyarakat luar Jombang, sehingga ketika misalnya terjadi konflik kepentingan yang lebih luas mudah sekali terdengar hingga tingkat nasional.

Anekdot macan dan hutan ini bukan sekadar kritik, tapi juga alarm. Ia mengingatkan kita bahwa keberadaan tokoh besar tidak selalu berarti kemajuan daerah secara menyeluruh. Jika “macan” hanya berkelana di luar kandang dan lupa menjaga hutan asalnya, maka yang tersisa di kampung halaman hanyalah bara api dari ketidakadilan, kemiskinan dan stagnasi pembangunan.

Jombang tak kekurangan sumber daya manusia (SDM) unggul. Yang dibutuhkan adalah sistem dan kepemimpinan yang mampu merawat “alas”—ruang tumbuh bersama, bukan hanya membiarkan simbol-simbol kekuasaan berdiri sendiri di tengah puing-puing harapan rakyat.

Sudah saatnya, para “macan” yang lahir dari Jombang kembali menjaga hutannya. Bukan hanya menjadi legenda di luar, tapi juga menjadi pelindung, pengayom dan penyemai perubahan di tanah kelahiran. Jadilah macan-macan yang tawadhu, bukan lagi macan atau harimau yang mengaung keras karena kelaparan, padahal setiap harinya sudah cukup kenyang dengan segala kenikmatan, lantaran hutannya sebagai pijakan ekosistem yang damai, indah nan sejuk mulai rusak di sana sini, karena arogansi kekuasaan, kesombongan dan kesewenang-wenangan baik individu yang merasa super power, komunitas dan institusi. Karena itu, mari kita bijaksana dalam segala hal, dengan mengembalikan agama sebagai dogmatis spiritualisme. (Ratno Hadi/*)

 

Berita Terkait

Terungkap! : Pembunuhan Keji Di Kabupaten Jombang, Ini Motifnya
Perumdam Tirta Kencana Jombang Gencarkan Edukasi “Air Minum Aman” Menuju Generasi Indonesia Emas 2045
Angin Kencang Terjang Jombang, Tim Gabungan PB Bergerak Cepat Tangani Dampak dan Salurkan Bantuan
Dinas Sosial Jombang Berikan Bantuan Atensi untuk Anak Sulton Penderita Jantung Bocor di Perak
Dinas Sosial Jombang Beri Bantuan Atensi untuk Guru TK Viral yang Tinggal di Rumah Tak Layak Huni
Dinas Sosial Jombang Salurkan Bantuan Atensi untuk Keluarga Siswa SRT 8 dan Penyandang Disabilitas
Bupati Warsubi dan Wabup Salmanudin Adu Skill Seduh Kopi di Jombang Fest 2025, Kopi Excelsa Wonosalam Resmi Kantongi Sertifikat Indikasi Geografis
Mensos Gus Ipul Tinjau Sekolah Rakyat Terintegrasi 8 Jombang, Tegaskan Komitmen Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pendidikan Berkualitas

Berita Terkait

Sabtu, 8 November 2025 - 01:40

Istiqomah LSM GMBI Distrik Gresik,Membuat senyum ceria bahagia anak yatim, dan dhuafa

Jumat, 7 November 2025 - 08:04

Jolloro Terduga Pelaku Pembom ikan di Tanakeke Tiba tiba sudah berubah Warna

Jumat, 7 November 2025 - 06:45

Pelatihan Peningkatan Kompetensi Pendamping KDKMP Tahun 2025 Digelar di Madiun

Kamis, 6 November 2025 - 04:56

Polantas Menyapa, Satlantas Polres Sampang Sosialisasi Tentang Taat Bayar Pajak, Penerbitan SIM dan Tertib Berlalu Lintas

Rabu, 5 November 2025 - 10:21

Terungkap! : Pembunuhan Keji Di Kabupaten Jombang, Ini Motifnya

Rabu, 5 November 2025 - 07:03

Proyek Tanpa Nurani: Rp 833 Juta di SMAN 1 Kalidawir dan Luka Kecil Demokrasi Kita

Rabu, 5 November 2025 - 02:49

Kapolres Nganjuk Gelar Coffee Morning Bahas Kamtibmas dan Apresiasi Kinerja Jajaran

Senin, 3 November 2025 - 23:52

Kapolres Nganjuk Silaturahmi Kamtibmas Bersama Forkopimcam Gondang dan Kades se-Kecamatan Gondang

Berita Terbaru