MEMANG bukan artis, setidaknya bukan profesional sebagai pekerja seni disebut dan sepopuler selebritis, namun jadwal panggilan podcast tidak kalah padat. Jika tidak secara dijadwal kosong pada malam hari, maka full sudah seharian wawancara dan berbincang bergantian dari chanel ke chanel.
Bukan hanya itu, yang terkadang kesibukan ini begitu terasa adalah materi yang dibahas seputar pandangan agama. Meski tidak dalam format debat, namun perbincangan seputar pengalaman pribadi dalam menjelajahi dunia dalam mencari kebenaran berupa agama Allah cukup serius dan dibutuhkan kehati-hatian. Hal ini yang juga dipesankan guru sekaligus teman saya dalam mengenal dan mempelajari ilmu secara berkelanjutan.
“Kamu harus berhati-hati lo, jangan sampai dimanfaatkan orang atau kelompok tertentu!” Demikian pesannya. Dosen, demikian saya menyebut beliau sebagaimana panggilan guru dalam dunia pendidikan tingkat tinggi.
Sebagai seorang yang kembali kepada agama Allah sekaligus yang terus belajar, tentu membutuhkan ilmu-ilmu. Peringatan dan bimbingan mutlak dibutuhkan. Terlebih padatnya jadwal seputar panggilan untuk memenuhi podcast sangat padat seperti saat sekarang. Lagi-lagi, bercerita meski berdasarkan pengalaman pribadi yang dibagikan secara terbuka melalui akses berbagai media internet sangat rentan beresiko.
Diakui, dalam berbagai video tampak saya sangat senang dan asik bercerita menjadi luput dari kesadaran pada bagian-bagian tertentu. Keterlanjuran atau kelepasan dan lantaran kondisi bisa seperti waktu, tempat tidak bisa mengcover maksud dari pernyataan sendiri.
Pada satu kesempatan, pernah saya ditegur melalui pandangan penonton dan balik membalas dengan menunjuk kelemahan moderator podcast. Namun hal ini jelas bukan suatu sikap sebagai narasumber yang bijak.
“Yang berat dalam menjalankan agama justru ada dari dalam Islam itu sendiri, internal muslim.” Sebut saya ketika ditanya tantangan dalam menjalankan berbagai perintah agama. Meski sebenarnya ada banyak alasan lain seperti dari lingkungan atau keluarga yang masih menjalani cara hidup lama, juga maksud saya sebenarnya agar umat Islam semuanya untuk muhasabah. Namun nampaknya niat auto-kritik saya tersebut tidak tersampaikan. Sehingga ada yang komentar, “jangan menyerang nilai kebaikan, namun perbaiki cara meraihnya.” Demikian pesannya.
Pada komentar lainnya, terdapat juga berbunyi berikut ini, “Hati-hati terhadap generalisasi seperti sifat buruk yang dilekatkan kepada gender tertentu atau mengidentikkan wanita misalnya sebagai tertindas!” Bagian ini saya begitu mencermati. Sampai-sampai teringat ayat tentang Allah akan membalas amal setiap orang baik laki-laki maupun perempuan. “Iya sih.” Pikirku. Tidak mau salah, saya pun berinisiatif untuk memberi jawaban secara hati-hati dan lapang, “betul, Akhi, salah paham bisa-bisa disalahgunakan, “Jazaakumullah” udah ngingetin!” Jawabku.
Tidak mudah memang mendakwahkan agama Allah terlebih bagi penuntut ilmu seperti saya, namun tekad akan berbagi pengalaman berharap dapat menjeladi ilmu yang dapat menerangi pemirsa serta berikutnya bermanfaat bagi banyak orang dan mencerahkan. Langkah memenuhi undangan demi undangan podcast sebagai bagian dari syiar, dan berbalas kebaikan dari Allah dalam berbagai bentuknya, inshaaAllah!
No. HP: 0853-8259-1897