spjnews.id I Garut – Pimpinan Cabang (PC) Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Kabupaten Garut kembali menggelar Pendidikan Kaderisasi Da’i (PKD) angkatan ke -11. PKD dilaksanakan di Ponpes Nurul Hidayah Al-Hikmah Kampung Tegalkondang, Desa Mekartani, Kecamatan Singajaya, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sabtu (5/10/24)
Kiyai Anom D. Dudung Abdulah sebagai tuan rumah sekaligus Ketua Panitia PKD menjelaskan, ” Kegiatan PKD ini diikuti sebanyak 202 kader da’i – da’iah berasal dari delapan Kecamatan, diantaranya Kecamatan Singajaya sebagai tuan rumah, Peundeuy, Banjarwangi, Cihurip, Cisompet, Cibalong, Pameungpeuk dan Cikelet. PKD berlangsung selama dua hari yaitu Sabtu – Minggu “, ujarnya.0851376639win
Lanjut Dudung Abdulah, ” Pembukaan Kegiatan PKD PCNU dihadiri Forkopimcam Singajaya juga menghadirkan Ketua Tanfidziah PCNU Garut KH. Drs. Aceng Abdul Wahid, Ketua LD PCNU KH. Lukmanul Hakim, KH. Dr. Manarul Hidayat, MA, Bidang Idiologi Keislaman dan Idiologi Transnasional KH. Dr. Yayan Bunyamin, M.Phil.
Dengan pemateri, KH. Asep Saepul Holik, KH. Hidatus Sibyan, KH. Lukmanul Hakim, KH. Ubun Bunyamin, KH. Dr. Hilman Umar Basori, Mpd, KH. Dudung Ali Hermawan, KH. Aceng Abdul Mujib, SAg. Ustd D. Dudung Abdulah, Ustd Ade Atib.
Pantauan spjnews dalam kesempatan tersebut, sebagai penceramah, di depan para peserta, KH Yayan Bunyamin menyampaikan terkait Perjuangan Baginda Rosululloh dimasa muda sebelum di angkat menjadi Nabi dan Rosul dalam menyebarkan Agama Islam.
Allah SWT menganugerahkan Islam kepada umat akhir zaman, dengan mengutus Rasulullah SAW sebagai manusia yang ideal. Beliau diutus di tengah masyarakat yang lemah persatuan sosialnya dan rendah budi pekertinya. Umumnya penduduk mengandalkan perdagangan yang kegiatan ini diawali di Era Romawi dan Era Bizantium (Kota Mekkah menjadi pusat perdagangan) sebab berada di jalur perdagangan yang menghubungkan Mediterania, Arab Selatan, Afrika Timur, dan Asia Selatan.
Kultur masyarakat pedagang ini kemudian menghantarkan Sang Uswatun Hasanah Rasulullah SAW, menjadikan seorang pedagang yang hebat luar biasa. Latarbelakang keluarga pedagang membuatnya terlibat dalam perniagaan sejak usia dua belas tahun, selepas beliau menggembalakan domba.
Saat itu usia nabi baru berkisar dua belas tahun. Beliau turut serta dalam perjalanan dagang bersama pamannya, Abu Thalib. Inilah perdagangan pertama Muhammad. Pada perjalanan inilah pertemuan dengan Rahib Buhaira di Damaskus yang mengenalinya sebagai bakal Nabi utusan Allah SWT yang terakhir.
Rasulullah SAW dikenal oleh kalangan pedagang sebagai representasi nilai amanah, nilai kejujuran, dan sikap menjaga kehormatan diri. Hingga gelar Al-Amin melekat padanya di usia remaja.
Rasulullah SAW kemudian diberikan kepercayaan oleh pamannya untuk berdagang secara mandiri pada usia remaja, bersama As-Saib bin Abus-Saib yang merupakan rekanan terbaik, mereka tidak pernah saling mencurangi dan saling berselisih. Partnership yang saling kooperatif demi suksesi ekonomi.
Reputasi Rasulullah SAW dalam berdagang di Yaman, Syiria, Yordania, Irak, Basrah, dan kota-kota perdagangan lainnya di Jazirah Arab mengangkat pamornya. Hingga Ummul Mukminin Khadijah yang kala itu berpredikat wanita paling kaya tertarik berkongsi dengan beliau.
Pada suatu hari Sayyidah Khadijah mendengar kabar tentang pemuda yang sangat terpercaya dari kalangan Arab, dialah Rasulullah Muhammad. Tertarik menjadikan pemuda itu karyawannya, Sayyidah Khadijah pun memanggilnya. Muhammad SAW pun menerima tawaran Sayyidah Khadijah dengan senang hati.
Pekerjaan pertama Rasulullah SAW yang kini telah berkongsi yaitu memimpin kafilah dagang milik Sayyidah Khadijah ke pusat perdagangan Habshah di Negeri Syam. Dibantu Maysarah yang seorang pembantu kepercayaan turut serta dalam rombongan. Menurut Maysarah, sepanjang bersama pemuda bernama Muhammad ini, ia melihat keluhuran akhlak, kecerdasan, dan kemampuan komunikasi yang tidak ia dapati dari pedagang manapun. Muhammad selalu bersikap jujur dan tidak menutupi cacat pada barang dagangannya.
Apabila kondisinya bagus, maka ia akan mengatakan bagus. Begitu pula sebaliknya. Selain itu, Muhammad juga menggunakan standar harga yang berlaku di masyarakat dalam menentukan harga jual barang dagangannya, tidak mengambil banyak keuntungan yang tak wajar. Prosesi tawar-menawar harga pun tak jarang dilakukan Muhammad dengan teknik komunikasi yang santun kepada calon pembeli.
Sifat Rasulullah SAW yang teramat tampak, yaitu: Shiddiq, Amanah, Fathanah, dan Tabligh. Selain itu, Maysarah menuturkan keanehan selama perjalanan (setelah memperhatikan dengan seksama), yaitu kumpulan awan senantiasa menaungi di atas kepala Muhammad untuk melindungi mereka dari sengatan panas matahari. Disamping itu, wajah Rasulullah SAW senantiasa meneduhkan siapapun yang memandangnya.
Kafilah dagang Sayyidah Khadijah di Negeri Syam mengalami laba yang cukup besar, bahkan di luar ekspektasinya. Keputusan Sayyidah Khadijah memilih Muhammad sebagai pemimpin kafilah dagang menjadi keputusan tepat. Ia pun terus bermitra dengan Rasulullah SAW dalam menjalankan perniagaan dan menunjuknya sebagai tangan kanannya.
Selanjutnya setelah keduanya menikah, Nabi Muhammad SAW mengambil alih kepemimpinan usaha hingga beliau diangkat menjadi Nabi penutup zaman.
Kiranya dengan mengetahui Sirah Rasulullah SAW di masa ketika beliau berdagang, mampu mengajarkan kita bahwa usia muda bukanlah alasan untuk tidak bekerja. Terlebih dijaman ini populer dengan istilah rebahan yang konotasinya bermalas-malasan. Selagi muda maka tuntutlah ilmu dan pengalaman sebanyak – banyaknya, karena kelak pengalaman akan menunjang profesi kita sebagai pengusaha, ungkap Kiyai Yayan. (Ajang Pendi)