ADA disini yg faham apa itu De Chilean Paradox..?
(Chillé, salah 1 negara Amérika Latin/Selatan yg makmur & b’hasil brantas kemiskinan hingga 5% saat itu) namun tetiba hancur krn jutaan kalangan menengah di berbagai kota turun ke jalan aksi hingga anarkis yg hasilkan révolusi di negara tsb.
—
Menurut pengamatan Sy sebagai orang awam di negara Indonésia, yg paling mungkin t’jadi bukanlah kasus serupa 1997/98 saat ini, krn jelas sdh béda zaman & tatanan..
Kerusuhan Bangladésh itu spésifik yg kondisinya 180° béda dgn Indonésia..
Tapi de Chilean Paradox (vérsi ASÉAN), itu bisa sangat mungkin t’jadi di Indonésia.
—
Jadi begini Tuan & Nyonya, fokus pemerintah saat ini :
– kalangan bawah -» subsidi (bansos, BLT & lainnya)
– kalangan atas -» inséntif pajak, bantuan birokrasi usaha dan lainnya
– kalangan menengah -» APA yang dibantu..?? gaji tdk naik tp harga² naik.. alami situasi yg sama tp tdk ada alokasi khusus atau privilege sama sekali.
Sementara penggerak ékonomi negara (negara manapun) yaâ’ jelas kelas menengah/kelas pekerja.
Kelas yang :
konsumtif, pekerja, pemutar uang/dévisa, paling tertib & jujur pajak, pengikut/pencipta trénd dst..dst.. adlh golongan yg vital di semua negara.. tp justru tdk ada bantuan & alokasi apa² dari pemerintah..
Selalu dimana2x, negara yg makmur adlh negara yg kelas menengahnya banyak dan kuat..
Krn Merékalah (Gué salah-satunya) adlh golongan penggerak ékonomi negara & mayoritas pembayar pajak.
—
Kalau golongan menengah ini sudah klimax dgn strés-nya hidup sa’at ini, bukan tidak mungkin Meréka (Gué lg salah 1-nya) bisa hilang logika & turun ke jalan ciptakan chaos dalam berbagai “wajah”, krn “kami” jika berkomunal pun sanggup menggerakkan publik.
Karena kondisi sekarang mémang benar² susah banget hidup :
– UMKM pada mengeluh anjlok penjualan baik online/offline, tapi pemerintah masih denial bhw ékonomi baik² saja.
– Mahasiswa teriak² UKT setinggi langit, hingga masuk jejaring pinjol.
– Dunîa pendidikan (SMA khususnya) gaduh bongkar pasang kurikulum & zonasi yg non-sénsê itu.
– Rencana PPN 12%
– Rencana TAPÉRA yg diambil dari gaji atau apalah itu namanya tabungan untuk punya rumah (rumah di akhérat meureun).
– Dan lain² silahkan tambahkan daftarnya.
—
Itu semua yg alami & rasakan adlh kalangan menengah, bukan kalangan miskin atau kalangan atas/kaya.
Padahal Kita kalangan menengah tidak minta bansos atau uang tunai, cukup fasilitas umum bagus, transport umum murah & layak, harga² stabil, KARENA KITALAH PENGGERAK ÉKONOMI NEGARA, BUKAN KAUM MISKIN DAN KAUM KAYA ATAU KAUM KUASA.
Untuk merealisasi itu semua, kita setidaknya perlu bersandar pada tulisan DR, Darmanto Jatman (Akademisi UI) yang banyak secara tersirat menggambarkan apa yang sedang kita bahas ini dalam bukunya dahulu :’Perilaku Kelas Menengah Indonesia”. Yang jika kita tarik simpulan simplistis dari semua ini adalah, kelas menengah di Indonesia harus proaktif dan terlibat langsung demi kebaikan NKRI ke depan. Seminimalnya capaian adalah dengan akal sehat, kewarasan, dan hati nuraniu yang kita punya sebagai fitrah pemberian Tuhan Yang Maha Esa, Pertanggungjawaban Presiden RI dalam Sidang Istimewa DPR-MPR-RI 2024 sepatut dan sepantasnya ditolak,
Giri M.Qudrat
(Pemerhati Sosialo Politik)