spjnews.id | MAGETAN – Pemerintah Daerah Kabupaten Magetan menggelar Karnaval Pawai Budaya dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia, yang mengusung tema “BANGGA MAGETAN CINTA UNESA JAYA NEGERIKU”. Acara dilaksanakan pada Minggu (25/08/24).
Sebagai puncak perayaan HUT Kemerdekaan di Kabupaten Magetan, karnaval ini diikuti oleh ratusan siswa dan siswi dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari tingkat SD, SMP, hingga SMA/SMK, dan beberapa komunitas umum. Rute karnaval menempuh jarak sekitar 2,5 KM, dimulai dari Distrik Maospati melintasi jalan desa dan berakhir di Kampus UNESA.
Di bawah kepemimpinan Bapak NIZHAMUL, S.E., M.M. Pendidikan di Kabupaten Magetan sangat maju, mulai dari jenjang PAUD, SD, SMP, SMA/SMK sampai ke pendidikan tinggi dibuktikan dengan hadirnya KAMPUS SATELIT UNESA yang membuka 8 Program studi.
Ikut berpartisipasi dalam pawai budaya, SMA Negeri 2 Magetan di bawah naungan Bapak Suroso, S.Pd, M.Pd. Dengan bangga menampilkan kearifan lokal yang ada di daerah Magetan yaitu “TRADISI DAWUHAN SENDANG MUDHAL”.
Tema yang diusung pada pawai budaya, berlatar belakang kisah tanah Jawa pada masa lampau.
Desa Pacalan merupakan tanah perdikan yang mempunyai kisah tentang seorang putri dari Mataram yang bernama RORO KEMBANG SORE. Seorang putri cantik yang menjadi tonggak sejarah tersebut menjadi nenek buyut Pangeran Diponegoro dan merupakan guru dari Bupati kedua dan ketiga di wilayah Kabupaten Magetan yaitu Bupati Poerwodiningrat dan Bupati Sosrodipura.
Roro Kembang Sore bertemu dengan seorang pangeran bernama LEMBU PETENG. Roro Kembang Sore jatuh cinta dengan Pangeran Lembu Peteng dan mereka melewati hari-hari dengan bahagia. Pangeran Lembu Peteng sangat memanjakan dan menyayangi Roro Kembang Sore, setiap tutur katanya adalah kata-kata penuh cinta. Keduanya saling mencintai dan menyayangi, Roro Kembang Sore bagi Pangeran Lembu Peteng adalah pujaan hatinya. Akhirnya mereka memutuskan untuk menikah.
Tetapi kebahagiaan tersebut tidak berlangsung lama, karena ulah Pangeran Kalang sang Pemberontak yang tidak suka dengan kebahagiaan Pangeran Lembu Peteng, dia memerintahkan prajurit Mataram menyerang Pangeran Lembu Peteng dan terjadi pertempuran hebat antara Pangeran Lembu Peteng dan prajurit Mataram. Pangeran Lembu Peteng berhasil mengalahkan para prajurit yang menyerang dari segala penjuru. Namun Pangeran Kalang tidak terima dengan kemenangan Pangeran Lembu Peteng. Oleh karena itu Pangeran Kalang menggunakan kelicikannya dan strategi olah kanuragan, Pangeran Lembu Peteng diserang dan berakhir tragis dengan kematian.
Roro Kembang Sore bersedih dan memilih untuk mengasingkan diri ke Gunung Lawu lalu bertemu KYAI NOLODIPO di daerah Pacalan. Mereka mendirikan masjid dan memiliki banyak santri. Masjid itu diberi nama Kembang Sore atau Al Furqon yang sekarang lebih dikenal dengan masjid Ad Dhuha. Di dekat masjid ada sumber air bernama Sendang Mudhal yang menjadi sumber kehidupan dan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Sebagai rasa syukur setiap bulan Suro masyarakat setempat mengadakan tasyakuran dengan menyembelih dua ekor kambing. Hal itu dengan harapan sumber Sendang Mudal tetap terjaga kelestariannya dan memberikan sumber air yang melimpah untuk kehidupan masyarakat.
SMAN 2 Magetan juga berkontribusi memajukan perekonomian di Magetan dengan mencintai Kerajinan Kulit sebagai produk unggulan dan memakai produk kerajinan kulit Magetan dalam event Pawai Budaya kali ini.
Pawai budaya ini mendapat apresiasi positif dari seluruh warga SMAN 2 Magetan dan masyarakat sekitar yang ikut menyaksikan. Penampilan para siswa yang tampil anggun dengan busana tradisional, berhasil memukau para penonton
Kegiatan ini diharapkan dapat terus menumbuhkan rasa cinta dan kebanggaan terhadap budaya Indonesia di kalangan siswa, serta mempererat hubungan antara sekolah dan masyarakat setempat.
SMA Negeri 2 Magetan bangga kearifan lokal Magetan, bersama UNESA melestarikan budaya Nusantara yang ada di Magetan. Dari Magetan, untuk Indonesia!”(PY)