spjnews.id | TULUNGAGUNG – Pendidikan di Indonesia mengupayakan peserta didik beriman dan bertaqwa, berkarakter insan berakhlakul karimah, dan berperilaku mulia. Menurut Pengasuh Pesantren Al Azhaar Tulungagung, Hari Anak pada 23 Juli menjadi momentum bagi para pendidik untuk menguatkan perannya.
Abah Imam, pada Selasa (23/7), menegaskan bahwa mendidik bukan hanya fokus menghabiskan target kurikulum atau sekadar kecerdasan akademik saja. Lebih dari itu, aspek kecerdasan spiritual juga sangat penting sehingga terbentuk ketaatan peserta didik.
“Mendidik itu membentuk perilaku dan jiwa. Ada keseimbangan akademik dan spiritual. Semua nilai-nilai agama wajib dimasukkan dalam semua materi pembelajaran. Kepribadian yang sholih adalah hasilnya. Pola ini menjadi fondasi utama anak Indonesia emas,” ujarnya.
Lebih lanjut, Sekretaris Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Jawa Timur mengungkapkan keprihatinannya terhadap keberadaan pendidik di era modern. Banyaknya sosok pendidik yang belum dapat menjadi teladan menjadi perhatian utama.
“Problem utama pendidikan di Indonesia adalah karakter pendidik. Mereka belum memberi uswah, teladan. Dampaknya adalah muncul berbagai kasus penyimpangan peserta didik. Berbagai kenakalan remaja bermunculan, hingga perilaku penganiayaan, perkelahian, dan terlibat narkoba bahkan ada yang asusila. Pemerintah wajib hadir membenahi kepribadian guru,” tambah Abah Imam.
“Pemerintah sebaiknya tidak perlu enggan atau malu menggandeng pesantren dalam membenahi kepribadian guru. Lakukan kerjasama,” tegas Abah Imam.
“Selamat Hari Anak ke-40. Kita bersinergi membersamai anak berakhlakul karimah,” tutupnya. ( Mualimin/ SPJ News.id )