spjnews.id | BLORA – Berdirinya sekolah usia dini berbasis agama di Dusun Bladeg, Desa Kutukan, Kecamatan Randublatung, Kabupaten Blora, memberikan solusi bagi para orang tua untuk mewujudkan generasi yang cerdas secara akademik dan spiritual. Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Al Haromain Blora diasuh oleh Kyai Muda, Muhammad Najib, alumni Pondok Pesantren Nurul Haromain Ngroto Pujon Malang. Saat ini, LPI Al Haromain telah mengelola PAUD, TK Wildani, dan SD Ghilmani. Perkembangan ketiga lembaga ini cukup baik dan mendapatkan dukungan masyarakat. Menurut Muhammad Najib, dirinya dan keluarga merupakan guru tugas dari Abi KH. M. Ihya’ Ulumiddin, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Haromain Ngroto Pujon Malang.
“Kami ditugaskan untuk berkhidmat di masyarakat Dusun Bladeg, Desa Kutukan, Kecamatan Randublatung, Blora. Mohon doa restu agar kami dapat istiqomah. Para orang tua murid sangat banyak membantu perjuangan kami. Pada Ahad, 21 Juli 2024, kami adakan sharing pendidikan dalam acara parenting orang tua murid. Tujuan utamanya adalah agar lebih dekat dan komunikatif,” jelas Najib.
Parenting LPI Al Haromain Blora dilaksanakan di Pesantren Nurul Haromain Bladeg, Kutukan, Randublatung, Blora, dan diikuti oleh orang tua murid. Kegiatan yang penuh berkah ini menghadirkan Sekretaris Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Jawa Timur, KH. Imam Mawardi Ridlwan.
Lebih lanjut, da’i asal Demak, Jawa Tengah, memaparkan bahwa Abah Imam mengawali dengan mengutip syair:
لَيْسَ الْيَتِيْمَ مَنِ انْتَهَى أَبَوَاهُ
مِنْ هَمِّ الْحَيَاةِ وَخَلَّفَاهُ ذَلِيلْاً
إِنّٓ الْيٓتِيْمٓ هُوٓ الَّذِي تَلْقٓى لٓهُ
أُمًّا تَخَلَّتْ أَوْ أَباً مَشْغُوْلاً
Bukanlah anak yatim yang kedua orang tuanya telah tiada,
(Telah tiada) dari kehidupan dunia, lalu meninggalkan anak tersebut dalam keadaan hina,
Akan tetapi, anak yatim adalah anak yang kau dapati,
Ibunya tidak mempedulikannya atau ayahnya sibuk tidak mau mengurusnya.
ﺍﻛﺜﺮ ﺍﻷﻭﻻﺩ ﺇﻧﻤﺎ ﺟﺎﺀ ﻓﺴﺎﺩﻫﻢ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﺍﻵﺑﺎﺀ، ﻭﺇﻫﻤﺎﻟﻬﻢ، ﻭ ﺗﺮﻙ ﺗﻌﻠﻴﻤﻬﻢ ﻓﺮﺍﺋﺾ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﺳﻨﻨﻪ، ﻓﻀﺎﻋﻮﻫﻢ ﺻﻐﺎﺭﺍ
Kebanyakan kerusakan anak disebabkan karena orang tua mereka. Mereka menelantarkannya dan tidak mengajarkan anak ilmu dasar-dasar wajib agama dan sunnah-sunnahnya. Mereka menyia-nyiakan anak-anak di masa kecil mereka.
ﻳﺎﺃﺑﺖ، ﺇﻧﻚ ﻋﻘﻘﺘﻨﻲ ﺻﻐﻴﺮﺍ، ﻓﻌﻘﺘﻚ ﻛﺒﻴﺮﺍ، ﻭﺃﺿﻌﺘﻨﻲ ﻭﻟﺪﺍ ﻓﺄﺿﻌﺘﻚ ﺷﻴﺨﺎ
Wahai ayahku, sungguh engkau mendurhakaiku di waktu kecil. Maka aku pun mendurhakaimu di kala aku besar. Engkau menelantarkanku di waktu kecil, maka aku telantarkan engkau di kala tua nanti.
Selanjutnya, Wakil Pembina Yayasan Persyadha memaparkan bagaimana solusi menjadi orang tua efektif di era generasi Z dan Alpha.
Menurutnya, generasi saat ini merupakan generasi yang menjalankan kehidupan serba teknologi. Ciri utama adalah gaya komunikasi yang cepat, ringkas, dan berorientasi visual. Para orang tua akan berhasil membantu perkembangan generasi digital secara optimal dengan model komunikasi efektif.
Pertama, para orang tua menciptakan lingkungan maslahat, sehat, aman, dan adaptif.
Kedua, para orang tua saatnya berkenan mendengarkan secara aktif dan memberikan perhatian penuh pada seluruh aktivitas putra-putrinya.
Ketiga, para orang tua menampilkan kehidupan keteladanan. Menggandeng dan mengajak putra-putrinya untuk menerapkan materi yang diajarkan di sekolah.
Keempat, para orang tua perlu mengoptimalkan fungsi pendengaran dan penglihatan putra-putri tercinta.
Kelima, sebaiknya menjadi orang tua di era modern tidak mudah menghakimi putra-putri kita. Jika ada kekurangan, sebaiknya dibimbing bukan diberi sanksi.
Keenam, bahwa lisan orang tua adalah doa sekaligus nasihat. Sebaiknya selalu menggunakan bahasa yang baik selama berkomunikasi. Beri motivasi setiap berkomunikasi. Ajaklah mereka selalu mengucapkan kalimat thoyiba.
Ketujuh, sebaiknya dimaksimalkan teknologi yang dimiliki untuk mencipta lingkungan yang mendukung perkembangan anak.
( Mualimin/ SPJ News.id )