MADIUN – Ribuan publik Kota Madiun, Jawa Timur, menumpahkan perasaan sentimentil terhadap rakyat Palestina sebagai saudara, dengan berkumpul dan berorasi di jantung kota itu, Sabtu (6/7/2024). Mereka menyatukan persepsi, menyokong semangat, kekuatan iman dan mendoakan, agar rakyat Palestina segera keluar dari persoalan yang pelik.
Mereka berasal dari berbagai lapisan masyarakat, baik tua maupun anak-anak, emak-emak, Ormas, pelajar, komunitas dan masyarakat umum lainnya. Tidak terlihat adanya peserta yang membawa atribut atau bendera Parpol, kecuali mengibar-ngibarkan bendera Palestina, kombinasi warna hitam, putih, hijau dan merah.
Publik tertib mendengarkan orasi dari pimpinan aksi damai di Lapangan Pelti, Jl. Pahlawan, Kota Madiun. Tidak ada gejolak, terlebih bentrok dengan pihak lain sebagaimana aksi-aksi massa pada umumnya.
“Kami tak akan pernah lelah, apalagi berhenti, untuk terus menyuarakan perjuangan kebebasan tanah yang menjadi hak rakyat Palestina,” teriak sang orator KH. Imam Nawawi, perwakilan Muhamadiyah setempat, di panggung terbuka itu.
Dua orator lainnya, Aferu Fajar dan Ustadz Muhammad Husien Gaza, tak beda jauh menyampaikan pikiran yang sama dengan orator lainnya. Pada intinya, kedua pembicara itu mengutuk genosida yang dibungkus kondisi perang oleh zionis Israel.
“Kami berdiri pada sisi kebenaran, dan berjuang untuk mencapai keadilan untuk rakyat Palestina. Semua penjajahan dalam wujud apa pun, kami singkirkan. Tidak kami terima. Yang kami lakukan ini tidak lain ialah rasa peduli atas nama kemanusiaan,” cetus Ustadz Muhammad Husien Gaza.
Para peserta yang menamakan diri ‘Masyarakat Madiun Peduli Palestina’ itu, melakukan gerakan dengan gagasan ‘Aksi Damai Solidaritas Palestina’. Sepanjang kegiatan para peserta tak henti mengibarkan bendera Palestina, dan hentakan kalimat ‘Allahu Akbar’.
Tidak ada gesekan publik dengan para pedagang kaki lima di sekitar lokasi acara terkait transaksi dagangan. Para pedagang mengaku paling senang bila menjajakan barang dagangannya di arena kegiatan solidaritas Palestina.
“Tidak ada peserta aksi yang ngemplang dagangan saya. Tertib, semuanya membayar sesuai harga. Kalau aksi-aksi lainnya biasanya main serobot saja,” aku seorang pedagang yang enggan menyebut namanya, kepada jurnalis.
Pihak panitia sengaja menggelar aksi tersebut di lapangan, tidak bergerak long march mengelilingi kota. Itu untuk menekan resiko terjadinya sesuatu di sepanjang perjalanan.
“Tidak. Kami tidak melakukan long march. Niat kami tidak mencari masalah. Semua yang terhimpun disini niatnya satu, menyuarakan keadilan dan menolak penjajahan,” kata Wahyu, salah seorang panitia kegiatan itu. (fin)