Risiko mematikan, Respiratory Syncytial Virus Penyebab Pneumonia Utama pada Balita

- Wartawan

Rabu, 29 Mei 2024 - 08:13

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

JAKARTA – Dokter Spesialis Anak Konsultan Respirologi, Prof. dr. Cissy Kartasasmita, Sp.A (K), M.Sc, PhD mengatakan bahwa pneumonia  merupakan the silent killer bagi anak usia di bawah lima tahun. Secara estimasi global, setiap jam ada 71 anak di Indonesia terkena pneumonia.

Dilansir Gatra.com, “Pneumonia terjadi karena adanya peradangan di paru-paru akibat infeksi bakteri, virus, atau jamur yang mengakibatkan sesak napas, anak  sulit bernapas,  serta menyebabkan demam, batuk dengan lendir bening atau berwarna kuning, hijau ataupun bercampur darah,” katanya dalam keterangannya.

Merujuk data World Health Organization (WHO) tahun 2019, pneumonia menyebabkan 14 persen dari seluruh kematian anak di bawah usia lima tahun dengan mencapai 740.180 jiwa kematian. Demikian halnya dengan data UNICEF yang menyebut bahwa di Indonesia, pneumonia menjadi penyebab kematian terbesar pada anak di bawah lima tahun, dengan perkiraan 19.000 anak meninggal pada tahun 2018.

Menurut Prof.Cissy, gejala awal pneumonia sulit dibedakan dengan penyakit saluran pernapasan lain. “Seringkali terlewatkan, sehingga penting bagi orang tua untuk mengenali berbagai gejala awal dan faktor risiko pneumonia. Dampaknya bisa menyebabkan kematian, karena itulah pneumonia disebut sebagai the silent killer,” ungkapnya.

Penyebab pneumonia, salah satunya adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV). Virus ini adalah penyebab utama pneumonia akibat virus. Merujuk data dari empat penelitian lokal secara terpisah juga menunjukkan kalau ini adalah virus yang muncul setiap tahun.

Dimana kasus puncaknya terjadi pada minggu 48 (Awal Desember) hingga minggu 16 (Akhir Maret). Namun, para ahli masih yakin ini akan mengikuti flu yang berlangsung sepanjang tahun.

Faktor risiko utama untuk infeksi RSV parah adalah pada bayi prematur, bayi dengan kelainan bawaan seperti kelainan jantung bawaan, bayi dengan BPD (brocho pulmonary displasia) dan bayi dengan kelainan CP (Celebral Palsy).

Diperkirakan 2,02% insiden bayi yang lahir prematur berisiko tinggi terinfeksi RSV. Mortalitas pada bayi prematur berisiko tinggi hingga mencapai 3% bandingkan dengan laju kematian COVID-19 pada anak-anak “hanya”

“Ini artinya risiko terkena RSV lebih tinggi bagi bayi prematur. Sedangkan Indonesia memiliki angka kelahiran prematur yang tinggi, sekitar 10%” jelas Prof Cissy.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018, prevalensi angka kelahiran prematur di Indonesia tahun 2018 sebanyak 29,5 persen per 1.000 kelahiran hidup. Indonesia berada pada posisi ke-5 tertinggi di dunia untuk persalinan prematur, yakni sekitar 657.700 kasus.

Karenanya, Prof Cissy menilai penting bagi masyarakat untuk mengetahui apa itu RSV dan juga pentingnya mencegah kelahiran prematur untuk mengurangi risiko kematian pada bayi. Satu hal lain yang harus diwaspadai adalah bahwa pneumonia akibat virus biasanya tidak menimbulkan gejala yang berat, namun secara penyembuhan membutuhkan waktu yang lebih lama.

Penularan pneumonia bisa terjadi melalui dropet atau percikan air liur. Pencegahannya dapat dilakukan dengan mencuci tangan, menjaga sirkulasi udara di rumah, mengurangi paparan polusi udara, dan memberikan monoclonal antibodi untuk bayi, terutama bayi prematur.

Adapun kekebalan untuk penyakit pneumonia karena infeksi bakteria bisa didapat melalui vaksin DPT, Hepatiti B dan A, dan HiB; sedangkan untuk pneumonia akibat infeksi virus adalah vaksin Polio, MR/MMR, dengue, influenza, cacar air, yang dapat melindungi anak dari penyakit ini.

Center for Disease Control and Prevention (CDC) sudah merekomendasikan perlindungan bayi dengan antibodi monoklonal RSV. “Untuk itu penting bagi Pemerintah dan kita semua meningkatkan upaya dalam melindungi bayi prematur, edukasi pencegahan pneumonia serta meningkatkan daya tahan butuh bayi dengan imunisasi sesuai jadwal.” ungkap Prof Cissy. (gatra.com)

 

 

Berita Terkait

Pelatihan Peningkatan Kompetensi Pendamping KDKMP Tahun 2025 Digelar di Madiun
Mensos Gus Ipul Tinjau Sekolah Rakyat Terintegrasi 8 Jombang, Tegaskan Komitmen Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pendidikan Berkualitas
Disdikbud Jombang Gelar Parade Tari Anak Nusantara 2025: Tumbuhkan Cinta Budaya Sejak Dini
Disdikbud Jombang Gelar Lomba Bahasa Jawa 2025: Tanamkan Cinta Budaya dan Bentuk Karakter Anak Sejak Dini
Polres Jombang Resmi Luncurkan Aplikasi E-Pelayanan Masyarakat dan WA Center ‘Lapor Pak Kapolsek’
Program Pemutihan Diperpanjang, Polantas Polres Sampang Menyapa Dengan Pelayanan Prima.
Mencermati Kuota Tambahan KMA 130 dan Tuduhan Korupsi: Antara Fakta, Situasi, dan Salah Tafsir
Bupati Takalar Apresiasi Siswa-Siswi SMAN 13 dan SMAN 4 Takalar Berprestasi Dalam Kegiatan Demo Day (GELAR KARYA) Generasi Terampil Sulawesi Selatan Tahun 2025

Berita Terkait

Sabtu, 8 November 2025 - 01:40

Istiqomah LSM GMBI Distrik Gresik,Membuat senyum ceria bahagia anak yatim, dan dhuafa

Jumat, 7 November 2025 - 08:04

Jolloro Terduga Pelaku Pembom ikan di Tanakeke Tiba tiba sudah berubah Warna

Jumat, 7 November 2025 - 06:45

Pelatihan Peningkatan Kompetensi Pendamping KDKMP Tahun 2025 Digelar di Madiun

Kamis, 6 November 2025 - 04:56

Polantas Menyapa, Satlantas Polres Sampang Sosialisasi Tentang Taat Bayar Pajak, Penerbitan SIM dan Tertib Berlalu Lintas

Rabu, 5 November 2025 - 10:21

Terungkap! : Pembunuhan Keji Di Kabupaten Jombang, Ini Motifnya

Rabu, 5 November 2025 - 07:03

Proyek Tanpa Nurani: Rp 833 Juta di SMAN 1 Kalidawir dan Luka Kecil Demokrasi Kita

Rabu, 5 November 2025 - 02:49

Kapolres Nganjuk Gelar Coffee Morning Bahas Kamtibmas dan Apresiasi Kinerja Jajaran

Senin, 3 November 2025 - 23:52

Kapolres Nganjuk Silaturahmi Kamtibmas Bersama Forkopimcam Gondang dan Kades se-Kecamatan Gondang

Berita Terbaru