spjnews.id I Garut – Selain Santolo dan Ranca Buaya, Sayang Heulang Pameungpeuk merupakan target utama Wisata yang banyak di kunjungi. Namun tidak dipungkiri fakta dilapangan pada pengelolaan tempat wisata sering terjadi hal hal nyeleneh yang dilakukan oleh oknum, oknum tersebut bermain di retrubusi masuk tempat wisata. (Red spjnewsid)
Polemik yang terjadi di Wisata wisata tersebut baru baru ini, mengenai retribusi yang diduga merugikan PAD Pemda Garut dan berdampak merugikan para pengunjung.
Kejadian tersebut mendapat kritikan pedas dari Ketua PPOC Kecamatan Pamengpeuk Rizki, Rizki menyebutkan kejanggalan terjadi pada pembelian jumlah tiket, dalam penjualan tiket ini banyak terjadi pengunjung yang datang sepuluh orang namun hanya dikasih tiket 2 lembar.
“Bahkan ada yang datang 6 orang namun tak dikasih tiket sama sekali, sementara uangnya diambil,” ungkapnya.
“ Uang yang diterima dari pengunjung tanpa diberi bukti tiket ini dilarikan kemana, itu yang menjadi pertanyaan dan tentunya hal itu bisa mengarah pada indikasi korupsi,” pungkasnya dilansir media dejurnal.com
Sementara Sekertaris Disparbud Mamun saat di konfirmasi, dirinya menyampaikan, tidak di pungkiri kejadian tesebut rentan terjadi di tempat wisata manapun juga, termasuk di sayang heulang. ucapnya. Rabu (12/1/2022)
” Terkait persoalan tersebut kami sudah investigasi kesana, dan ini sudah merupakan kewajiban kami untuk melakukan pengawasan dan pembenahan jangan sampai terjadi lagi hal serupa di kemudian hari “, ucapnya.
Lanjut Mamun, Sementara Solusi untuk pembenahan Kami sudah rencanakan ada dua sip, sip pertama mulai dari pukul 6:00 samapi pukul 16:00, sip itu dilakukan oleh petugas PNS dari Pemda, dimana gajinya itu dari Pemerintah, PNS kan di gaji oleh Pemerintah, ucap Mamun.
Di ship dua ada bagi hasil pemda dengan Desa. Bagi hasil yg diperoleh desa salah satunya digunakqn utk membiayai operasiobal petugas pos tiketada kebijakan yang disebut kearifan lokal, dimana Kepala Desa sebagai pengelola merekomendasikan putra daerah untuk ditugaskan menjadi penjaga tiket mulai pukul 16:00, adapun mengenai operasional/upah petugas itu diambil dari bagi hasil dengan pihak pengelola Desa, berapa untuk Desa, berapa untuk petugas. Jadi kalau tekhnis itu di lakukan tidak mungkin ada petugas yang nakal, kami sangat memahami mereka itu butuh penghasilan masa sudah bekerja tetapi tidak mendapatkan uang, yang akhirnya begitulah mensiasati supaya mendapat uang, tandasnya.
” Seperti yang terjadi di Gunung Kidul awalnya tidak kondusif, namun setelah dibenahi tekhnisnya sampai sekarang kondusif “, singkatnya. Ajang Pendi. Editor : Ikmal D Permana