Oleh : H.M.ISMAIL, SH., MH
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat GERAKAN PENGAWAL SUPREMASI HUKUM (DPP GPSH )
SPJNEWS.ID | Upaya pencitraan Presiden RI Jokowi belakangan ini ternyata malah bertambah image baru yakni jadi Presiden pelanggar undang undang nya sendiri. Dari citra tokoh belusukan ke citra tokoh pencipta kerumunan. Bagi bagi sembako versi sinterklas yg undang kerumunan. Padahal dilarang bekerumun itu adalah peraturan yg diteken sendiri untuk hadapi krisis virus china, malah dilanggar sendiri. Bukankah ini cerminan sebuah tim yang sedang panik.
Bagi bagi sembako di beberapa tempat yang memicu kerumunan ini diduga sebelumnya di disain untuk ukur kecintaan rakyat kepada Presidennya. Nabung simpati nuju pilpres 2024. Ternyara di luar ekspetasi kaum penjilat. Lantaran penomena kerumunan itu malah jadi blunder bikin gerbong Jokowi tambah grogy. Apa yg diperbuatnya malah
lahirkan kontra produktif. Beberapa produk image building tim nya malah melahirkan isu negatif. Resep yang diracik buat tambah jos perhelatan 2024 malah jadi racun.
Gregetan, kesel dan grogy, begitulah penomena yang disuguhkan orang orang sekitar Jokowi. Semua upaya seperti mati langkah. Sepertinya tidak ada lagi resep mujarab yang akan selamatkan gerbong. Membrangus, membungkam dan mengkriminalisasi Ulama Ulama Islam sudah dilakukan. Bahkan Ulama sekelas Imam Besar Yang Mulia Habib Riziq Shihab pun sudah berhasil dibungkam. Hasilnya kalangan Istana malah dianggap anti Islam dan otomatis Umat Islam tidak lagi simpati bahkan menjauh.
Untuk menyelamatkan gerbong agar melaju terus maka diracik lagi resep pilpres 2024 dengan isu pasangan Jokowi – Prabowo. Pertemuan 7 partai koalisi di Istana Merdeka Jakarta menyuarakan puja puji Prabowo. Resep puja puji itu bukan menaikan rating bahkan sebaliknya. Prabowo bukan lagi pujaan, bukan lagi idola dengan harapan akan membawa bangsa Indonesia yang makmur dengan junjung tinggi keadilan hukum. Artinya tanpa melemparkan puja puji itu saja pengikut Prabowo sudah meninggalkannya. Akibatnya resep isu pasangan keduanya lagi lagi nihil mirip dengan jebloknya pencitraan kerumunan.
Untuk menuju Negara dan Bangsa yang makmur GEMAH RIPAH LOH JINAWI tentunya siapapun wajib junjung tinggi nilai nilai Hukum yang sudah disepakati. Semua pemegang Amanah tanpa terkecuali Yang Mulia Presiden Joko Widodo juga musti kembali ke SUPREMASI HUKUM yang dicita citakan oleh para Founding Fathers Bangsa Indonesia. Yakni hukum yang tajam pada dua mata sisinya. Tajam ke bawah dan tajam ke atas. Tidak ada lagi pelanggaran Konstitusi, tidak ada lagi bongkar pasang Undang Undang dan tidak ada lagi Hukum yang diinjak injak dengan arogan.
Kontak person :.H.M.ISMAIL, SH, MH.Hp. 0852.1547.5999.E-mail : ismaillawfirm09@gmail.com