Site icon spjnews.id

Iya Tawwa Ajeng Akhiri Masa Lajangnya

PERNIKAHAN merupakan jalan untuk melanjutkan keturunan berdasar atas cinta kasih yang sah, dalam mempererat hubungan silaturahmi antar keluarga, suku, bahkan antar bangsa. Sebelum akad nikah, dirumah calon mempelai perempuan diadakan acara Korongtigi atau malam pacar yang dalam bahasa Bugis disebut Mappaccing.

Siti Hajrah yang biasa di panggil Ajeng salah satu admin Info Kejadian Makassar kota (IKMK), sedang Mappaccing di kediamannya Jl. Landak baru Lr. 9.B, Belakang Hotel Ramedo. Jumat (15/03/19)malam.

Tahir Dg. Kulle Orang tua ajeng mengatakan bahwa ajeng anak yang kedua dari empat bersaudara malam ini sedang dilakuka Paccing yang berarti pacar dan diibaratkan sebagai alat untuk menyucikan sang gadis dari hal-hal yang bersifat kekotoran, baik secara fisik maupun batin, agar memperoleh keselamatan, kesejahteraan dalam mengarungi kehidupan berumah tangga kelak. Sebagai rangkaian perkawinan adat Bugis Makassar.”Terangnya.

Di tambahkan Sukardi M. Tahir Dg. Kulle mengatakan appaccing menggunakan symbol-symbol yang sarat makna akan menjaga keutuhan keluarga, dan memelihara kasih sayang dalam rumah tangga seperti Benno, Tai Bani, Bantal, Sarung yang disusun tujuh lapis, Daun Pisang, Daun Nangka dan Bekkeng.

Lebih lanjut Dg. Kulle menerangkan Benno yaitu beras yang digoreng kering hingga mekar melambangkan harapan, semoga calon pengantin ini akan mekar berkembang dengan baik, bersih dan jujur. Tai Bani merupakan lilin dari lebah, yang melambangkan suluh (penerang) kehidupan agar menjadi suri tauladan dalam kehidupan bermasyarakat.”Tuturnya.

“Kemudian, Bantal disimbolkan kemakmuran. Secara khusus diartikan sebagai pengalas kepala yang artinya penghormatan atau martabat, dalam bahasa bugis disebut Mappakalebbi.

Sarung yang disusun 7 lembar, melambangkan harga diri, daun Pisang melambangkan kehidupan yang sambung menyambung, daun Nangka, berarti cita-cita yang luhur, bekkeng, tempat paccing yang sudah ditumbuk halus, mengandung arti kerukunan hidup dalam suatu keluarga dan daun paccing itu sendiri yang melambangkan kesucian.”Ungkapnya.

Lalu prosesi Mappaccing dilaksanakan pada malam hari, calon mempelai duduk di Lamming , dengan tangan bersimpuh mengahadap ke atas. Saat pembaca barzanji (pabarazanji) sampai pada bacaan Badrun Alaina, yang dalam bahasa Makassar dikenal sebagai istilah Niallemi saraka, acara mapaccing dimulai.

Dengan sedikit mengambil daun paccing, seorang ibu membubuhi telapak tangan calon pengantin, sementara itu barzanji tetap di bacakan. Setelah semua tamu yang ditetapkan melakukan Mapaccing, seluruh hadirin bersama-sama mendoakan semoga calon mempelai mendapat restu dari Allah dan menjadi suri tauladan karena martabat dan harga dirinya yang tinggi.”tutupnya.[jery/spjnews]

Exit mobile version