Site icon spjnews.id

ENAM STRATEGI PKI

MASIH tidak percayakah kita bahwa komunisme terus berjuang untuk bangkit di Indonesia? Lihat, kegiatan pengikut mereka terjadi di mana-mana, dengan terang-terangan menampilkan logo palu dan arit.

Tidakkah kita cermati ada apa di balik kegiatan ALF, dan sejumlah kegiatan lain di Indonesia belakangan ini? Harus seperti apakah agar kita percaya bahwa komunisme masih eksis di negeri ini?

Yang paling hangat adalah kegiatan ALF di TIM, Sabtu (7/5) lalu, yang salah satu pematerinya mengusulkan dan mengajak para simpatisan PKI untuk mendukung penghancuran Monumen Lubang Buaya dengan berbagai cara.

Selama ini tidak sedikit orang mengatakan bahwa komunisme telah mati. Waspadalah, pernyataan itu bisa menjebak kita. Dengan mengemukakan pernyataan seperti itu, para pengikut komunisme bisa leluasa mengatur dan menggerakkan strateginya untuk bangkit kembali di Indonesia.

Sejarah telah membuktikan bahwa komunisme mencoba untuk selalu eksis lewat berbagai cara. Mereka memiliki pola pergerakan yang sama dari waktu ke waktu dalam menggalang dan membangun kekuatan.

Sesuai catatan sejarah, setidaknya ada enam pola pergerakan yang mereka terapkan.

  1. Melakukan pengaderan melalui gerakan bawah tanah. Meski organisasinya telah dinyatakan terlarang, mereka terus melakukan hal itu dan membentuk OTB (Organisasi Tanpa Bentuk).
  2. Membentuk organisasi-organisasi “mantel” untuk merekrut kader-kader militan, misalnya mendirikan organ-organ kepemudaan komunis. Tahun 1945, misalnya, mereka mendirikan PESINDO (Pemuda Sosialis Indonesia); tahun 1946 mendirikan SOBSI (Sentral Buruh Seluruh Indonesia); di samping mendirikan laskar-laskar misalnya Laskar Rakyat, Laskar Merah, dan Laskar Buruh.
  3. Mendidik kader di luar negeri, untuk menyiapkan kader-kader pimpinan komunis.
  4. Menyusupkan orang-orang komunis ke dalam organisasi politik besar dengan pertimbangan bisa efektif dijadikan penggerak massa. Sejak peristiwa pemberontakan yang gagal tahun 1926, mereka banyak yang masuk menyusup ke dalam tubuh PNI.
  5. Melakukan infiltrasi ke tubuh birokrasi untuk mempengaruhi bahkan menguasai pemerintahan.
  6. Melakukan infiltrasi ke tubuh militer. Peristiwa Madiun 1948, misalnya, merupakan bukti bahwa Angkatan Udara, Angkatan Laut dan Kepolisian bisa mereka konsolidasikan untuk melakukan pemberontakan. Bukti lain tentang ini yang sangat fenomenal adalah peristiwa G-30-S/PKI tahun 1965.

Bagaimana pergerakan mereka setelah peristiwa tahun 1965 utamanya pascagerakan reformasi 1998? Kita semua bisa dengan mudah mencermatinya, bukan? Bagaimana, misalnya, mereka juga membentuk organisasi-organisasi “mantel” dan menyusup ke parpol dan birokrasi, berusaha “merehabilitasi” nama komunis dan melakukan cuci tangan atas dosa-dosa dan kekejaman masa lalunya.Waspadalah! ( * Poskota)

Exit mobile version