spjnews.net| — Pemimpin spiritual Tibet yang berada di pengasingan, Dalai Lama, menuding Pemerintah China membawa ”neraka dunia” ke Tibet ketika terjadi pemberontakan pada 10 Maret 1959.
Pada waktu itu China menghancurkan dan membuat rakyat Tibet menderita hingga sekarang. Akibat tindakan represif pemerintah tahun 1959, Dalai Lama terpaksa keluar dari Tibet dan mengasingkan diri ke India. Fakta tindakan represif China, menurut Dalai Lama, selama ini disembunyikan.
”Rakyat Tibet sangat menderita karena sempat mengalami neraka dunia. Ribuan warga Tibet tewas di tangan pemerintah tahun 1959. Rakyat Tibet masih hidup dalam ketakutan. Agama, budaya, bahasa, dan identitas Tibet nyaris punah. Bayangkan saja, rakyat Tibet diperlakukan seperti penjahat yang pantas dihukum mati,” kata Dalai Lama, Selasa (10/3) di Dharamsala.
Namun, pernyataan Dalai Lama itu dibantah Pemerintah China. ”Saya tidak akan menanggapi kebohongan Dalai Lama. Kelompok Dalai Lama memutarbalikkan fakta. Mereka menyebarkan berita tidak benar. Reformasi demokrasi Tibet (di bawah kepemimpinan China) termasuk yang paling luas dan mendalam dalam sejarah Tibet,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri China Ma Zhaoxu. Menurut pejabat China di Tibet, Qiangba Puncog, ”Kelompok Dalai Lama kerap mengutarakan kebohongan atau berita tak benar tentang pemerintah selama 50 tahun terakhir.
Mereka selalu menyebarluaskan berita bohong bahwa ada lebih dari satu juta warga Tibet tewas dibunuh selama 50 tahun terakhir. Padahal, populasi Tibet melonjak dari 1,2 juta jiwa pada tahun 1959 menjadi 2,87 juta jiwa tahun 2008.
Puncog menyebutkan, pihak Dalai Lama sering berbohong dengan mengatakan telah terjadi genosida di Tibet. Pihak China mengatakan, hal itu menjadi strategi kelompok Dalai Lama untuk membohongi dunia. Ma menambahkan, pengambilalihan Tibet oleh China justru bertujuan membebaskan rakyat Tibet yang diperbudak teokrasi feodal Tibet selama berabad- abad.
”Dalam 50 tahun terakhir, rakyat Tibet menyaksikan perubahan ekonomi, politik, dan budaya,” ujarnya. Meski China kerap menghujat Dalai Lama, tokoh spiritual itu masih tetap mendapat dukungan kuat dari para pengikut Buddha Tibet yang berada di China. Otonomi khusus Pernyataan keras Dalai Lama diutarakan dalam rangka peringatan 50 tahun Dalai Lama hidup di pengasingan.
Pada kesempatan itu, Dalai Lama juga kembali menuntut otonomi khusus bagi Tibet. ”Kami rakyat Tibet tengah memperjuangkan otonomi khusus tetapi tetap dalam kerangka Republik Rakyat China. Saya percaya seluruh rakyat Tibet akan mendapatkan keadilan,” kata Dalai Lama.
Menjelang peringatan 50 tahun pemberontakan tahun 1959, berbagai aksi anti-China meluas. Untuk mengantisipasi protes yang berbuntut kerusuhan di kota Lhasa dan meluas ke kota lain di China tahun 2008, Pemerintah China menyiagakan pasukan tambahan di sepanjang perbatasan China-Tibet.
Turis asing dan wartawan dilarang masuk ke Tibet mulai awal Maret lalu. ”Ada polisi di seluruh sudut kota, di persimpangan jalan, terminal bus, bahkan gang-gang sempit. Walau situasi terasa tegang, masyarakat tidak terlihat resah,” kata seorang warga Lhasa. (REUTERS/AFP/LUK) – Kompas.com