spjnews.net|BATAM- Aparat kepolisian melakukan penggeledahan di kapal berbendera Singapura di perairan Batam, Kepulauan Riau, 20 Februari 2018, karena diduga menyelundupkan narkoba.
Penyelundupan narkoba yang berhasil masuk ke Indonesia diperkirakan jumlahnya jauh lebih besar dibanding keberhasilan aparat membongkar kasus-kasus seperti ini, kata seorang mantan pejabat Badan Narkotika Nasional (BNN).
“Yang lolos justru lebih banyak,” kata mantan Direktur Penindakan BNN, Benny Jozua Mamoto, kepada BBC Indonesia, Senin (26/02).
Dalam tiga pekan terakhir, lebih dari dua ton narkoba berhasil dibongkar oleh aparat keamanan, termasuk penyelundupan sekitar satu ton narkoba jenis sabu dari Cina di perairan Batam, Kepulauan Riau.
Keempat warga negara Cina itu telah ditetapkan sebagai tersangka. Bandar narkoba asal Malaysia ‘korban pertama’ tembak di tempat sesuai instruksi Presiden Jokowi
BNN Oknum polisi menjadi ‘bandar kecil dan beking’ sindikat narkoba. Menurut Benny Mamoto, dari survei BNN, keberhasilan aparat penegak hukum mengungkap penyelundupan narkoba ‘baru sekitar 10%’.
Kenyataan ini, sambungnya, menunjukkan bahwa Indonesia masih merupakan wilayah sasaran penyelundupan jaringan narkoba internasional, karena permintaan konsumsi narkoba masih tetap tinggi.
Aparat kepolisian, TNI dan Bea Cukai berhasil menemukan lebih dari satu ton narkoba jenis sabu-sabu di sebuah kapal di perairan Batam, 10 Februari 2018.
“Karena pasar tidak berhasil ditekan, jadi angka permintaan tetap tinggi,” tegas Benny.
Dan ketika permintaan tetap tinggi, lanjutnya, maka para sindikat internasional akan terus “menggelontorkan dengan 1001 macam cara, 1001 macam jalur, 1001 macam modus, agar narkoba sampai ke pasar Indonesia”. (BBC Indonesia)